terakhir kali

6:07 PM


terakhir kali


Seperti biasa, aku termenung di depan jendela kamarku. Melihat keadaan di luar rumahku. Seperti biasa pula, pipi chabi ku dibanjiri air mata kesedihan. Menangis, itulah pekerjaanku akhir-akhir ini. Hanya itu yang bisa kuperbuat selain bertanya-tanya pada kaca di dalam kamarku.

“Apa ada yang aneh di wajahku cermin? Atau ada yang salah dengan sikapku?” dan cermin itu hanya terdiam dan terdiam.

Tak ada yang bisa menjawab tanyaku. Hingga aku bertanya kepada teman-temanku, sahabatku, kakak serta adikku bahkan kepada kedua orang tuaku. Aku selalu bertanya pertanyaan yang sama berulang-ulang dan mereka pun menjawab dengan jawaban yang sama.

“gak ada yang aneh sama wajahmu vina, kamu cantik”

“lalu, sikapku?”

“kamu anak yang baik sayang, kamu juga selalu bersikap sopan”

Mereka semua selalu menjawab dengan jawaban yang semestinya aku senang mendengarnya, jawaban yang bagi kebanyakan orang, jika mendengarnya pasti akan melayang-layang di udara. Tapi aku gak bahagia mendengar jawaban itu. Bahkan, tak sedikitpun hatiku tersenyum mendengarnya. Aku hanya menjawab terimakasih.

Semua orang selalu bertanya-tanya, ada apa denganku. Kenapa aku selalu menanyakan hal itu kepada mereka. Apa aku mempunyai suatu masalah besar yang membuatku menjadi seperti ini.

Fauzan. Itulah satu-satunya jawabanku jika mereka memang mau menanyakannya padaku. Tapi, mereka terlihat takut untuk bertanya ada apa denganku. Mereka hanya diam dan menyimpulkan aku baik-baik saja.

Laki-laki yang tinggal disebelah rumahku itu. Sejak pertama dia menginjakkan kakinya di halaman rumahnya setahun yang lalu. Aku sudah terpesona olehnya. Dia adalah sosok lelaki yang aku idamkan selama ini. Badannya yang tinggi tegap, bentuk tubuhnya yang proposional dan matanya yang menawan. Dia adalah tetangga baruku, dan sebagai tetangga yang baik aku selalu menegurnya. Dan ia menjawab teguranku.

“hai” sapaku

“hai juga” sapanya dengan senyum manis.

“baru pindah ya? dari mana?”

“aku pindah dari bali, papaku pindah kerja makanya aku ikut”

“ooh begitu ya”

“aku fauzan” dia menjulurkan tangannya

“aku vina” jawabku manis.

Begitulah perkenalan kami, hingga kami menjadi akrab satu sama lain. Jogging bersama di hari minggu, pergi ke toko buku, hingga menonton film di bioskop. Kami menjadi sangat dekat hingga akhirnya aku sadar kalau aku menyukainya.

Hingga suatu hari, tepatnya tiga bulan kemarin.

“fauzan!” sapaku yang kebetulan melihatnya melintas di depan rumahku.

“hmp eh hai”

“mau kemana ? kok agak aneh seh?’’

“vin, lebih baik mulai sekarang kita gak usah jalan bareng lagi ya’’

“kamu kenapa seh? Aneh gini ”

“loe yang aneh vin, pergi jauh-jauh dari gue . gue muak lihat loe”

“kok kamu jadi kasar?”

Saat itu adalah saat yang paling mengejutkan bagiku. Orang yang selama ini baik padaku, dalam sekejab dia bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu. Aku berlari dan menangis di dalam kamarku. Aku menangis sejadi-jadinya hingga aku tak bisa lagi merasakan air mataku keluar dari mataku. Itulah saat terkahir aku berbicara padanya.

Sampai saat ini pun, aku tak pernah mengetahui kenapa dia melakukan semua ini padaku. Aku hanya termenung, apa ada yang salah denganku?

***

Di suatu pagi. Saat aku sedang melihat kearah luar jendela kamarku.

“vinaaaaaa !” teriak kakakku

“apa seh? Ribut amat” jawabku sewot

“cepat turun!!”

“iyaa iya bentar kenapa”

Aku menuruni anak tangga dengan wajah kusut. Tanpa ada bayangan apapun di pikiranku, kenapa kakakku menyuruhku turun dengan cepat. Saat aku memasuki ruang tamu, aku melihat seorang ibu yang aku kenal, itu adalah ibu fauzan. Dia terlihat sedih dengan memakai kerudung hitamnya.

“ada apa ya?” aku terlihat bingung dengan keadaan yang ada .

“vina, tante mau ngasih ini ke kamu. Ini dari fauzan” ibu fauzan menyerahkan sekotak bewarna merah muda bertuliskan ‘for my lovely girl,vina’

“apa ini tante? Fauzan mana?” tanyaku kebingungan

“fauzan udah pergi sayang, dia kembali pada-Nya . maaf tante gak ngabarin kamu, fauzan yang ngelarang tante buat ngasih tau kamu”

“maksud tante? Aku gak ngerti?”

“dia sudah meninggal karena leukemia tiga hari yang lalu waktu dia di bali”

Dan semuanya menjadi gelap .

***

Saat aku terbangun dari ketidaksadaranku. Aku membuka kotak merah mudah itu. Kotak itu berisi boneka panda yang pernah mau aku beli, dan hanya fauzan lah aku memberi tahu tentang boneka itu. Di dalam kotak itu juga terdapat surat yang bertinta hitam.

Dear my lovely girl ,

Vina, sebelumnya aku mau minta maaf buat kata-kata kasarku hari itu. Maaf aku udah nyakitin hati kamu, maaf aku udah buat kamu nangis. Aku gak tau mau ngapain lagi biar kamu bisa jauh dari aku. Bukannya aku benci sama kamu, tapi ada satu hal yang aku gak mau kamu tau. Dan sekarang kamu harus tau vin, mungkin saat kamu baca surat ini aku udah gak ada lagi disamping kamu, aku udah pergi dan gak bakal kembali lagi. Saat ini, aku udah dipanggil yang kuasa karena aku mengidap leukemia.

Vin, maaf aku bohongin kamu. Sebenarnya, aku ke Jakarta bukan ikut papa aku kerja, tapi karena harus ngobatin penyakit aku . makasih buat hari-hari indah aku bersama kamu vin. Makasih udah mau jadi sahabat terbaikku. Sejujurnya aku suka kamu vin, tapi aku gak pernah mau bilang karena aku gak mau nyakitin kamu karena kepergianku nanti. Aku sayang kamu vina :)

Semoga, kamu bisa nemuin orang yang tepat buat kamu. Sekali lagi thanks for made my day, im happy with you sweety. And you are my last love. I love you soo much vina. And sorry I made you disappointed. I hope you will not forget me :)

From your neighbor, fauzan :)

You Might Also Like

0 comments ♥