kenyataan indah

7:55 PM

Kenyataan Indah



“kita putus !! ”

Plaaaak ! tangannya mendarat di pipiku.

“andin …. “

Pipiku merah, mataku mulai berkaca-kaca.

“andin , maaf “

Aku hanya menatap matanya tajam tanpa bicara sepatah katapun. Hari itu hari terakhir aku menatap matanya. Keputusanku untuk menyudahi hubunganku dengannya sudah bulat. Hingga akhirnya keputusanku itu membuat bekas merah di pipi kananku.

“din?” suara itu memanggil namaku

“pipimu merah, kamu nangis?” tanyanya padaku

Dion menghampiriku yang sedang duduk sendiri di ruang kesenian. Dion adalah sahabat dari pacarku rangga. Dia orang yang baik, bahkan lebih baik dari tampangnya yang jutek.

“kamu kenapa?” dion bertanya lagi padaku

Aku hanya diam dan menatap matanya. Entah kenapa aku reflek memeluknya dan menangis sepuas hatiku.

Ya, dion adalah satu dari seribu alasan kenapa aku mau menyudahi hubungannya dengan rangga. Intensitas pertemuanku dengan dion membuatku jatuh cinta padanya. Tentu saja, bukan karena orang ketiga aku mengakhiri hubunganku. Tapi, karena rangga yang gak pernah menghargai aku. Selama aku bersamanya, dia sering memukuliku layaknya aku mainan yang bisa dia perlakukan seenaknya.

“aku putus sama rangga” jawabku pelan dan melepaskan pelukanku

“dia mukul kamu lagi?”

“yaaa”

Dion memang sudah mengetahui semuanya. Aku sering curhat padanya, karena menurutku dengan begitu dion bisa menasehati sahabatnya, rangga. Tapi, ternyata itu gak berpengaruh sama sekali. Justru rangga yang menuduh kami main belakang.

“maafin dia din, dia memang emosional, dia sayang kok sama kamu ” dion mencoba menenangkanku

“dia gak mungkin ngelakukin itu kalau dia sayang sama aku” aku sedikit membentak

Dion hanya terdiam melihatku .

“dia jahat ! dia selalu begitu setiap aku melakukan kesalahan, dan itu hal sepele”

“tapi dia sayang kamu din. dia Cuma salah memperlakukan kamu”

“kamu ngebela dia yang udah nyakitin aku?” aku menatap mata dion tajam

“bukan gitu din, tapiii..” dion terdiam

Sebenarnya aku gak sanggup menatap matanya. Selama ini, Cuma aku dan Tuhan yang tau kalau dialah orang yang aku sayang. Semua sahabatku pun gak pernah tau. Karena, aku tau pasti nanti aku yang disalahkan.

“aku juga tau kamu masih sayang sama dia ” jelas dion

“gak !” bentakku

Aku gak kuat lagi menahan semua perasaanku. Aku bahkan gak sadar kalau suaraku itu terlalu keras sampai membuat anak-anak kelas 10 yang masih ada di sekolah melihat kearah kami berdua.

“kenapa seh kamu?” tanya dion

“aku kenapa? Kamu masih nanya aku kenapa?”

Dion hanya terdiam

“aku sakit ion , sakit ! bahkan lebih sakit dari yang kamu tau” aku menangis lagi

“kalau gitu kasih tau aku” dion mencoba menghapus air mata yang mengalir di pipiku

“aku sayang sama kamu !”

Dion terdiam mendengar ucapanku tadi. Aku memang sudah gak sanggup lagi menahan semuanya sendiri.

“kamuu bilang?”

“iya aku bilang aku sayang kamu. Aku suka sama kamu. Bahkan jauh dari sebelum aku pacaran sama rangga”

Dulu, kelas 10 aku sekelas dengan dion .Sebelum aku pacaran dengan rangga. Aku memang sempat suka dengannya. Tapi, karena aku dan dion berpisah kelas dan aku sekelas dengan rangga ,entah kenapa aku berpacaran dengan rangga.

“aku suka sama kamu dan itu satu dari seribu alasan kenapa aku putus sama rangga”

Lagi-lagi dion hanya bisa menatapku.

“maaf udah buat kamu kaget, aku tau aku salah. Makasih udah ada buat aku selama ini, udah mau dengar semua curhatan aku” aku berdiri dari dudukku

“andiin.. ”

“aku tau kamu gak ada perasaan apa-apa sama aku. Anggap aja ini gak pernah terjadi. Aku mau pulang dulu, bye”

Aku berjalan gontai menuruni anak tangga yang ada disekolahku, menuju keparkiran. Sebenarnya aku gak sanggup berjalan lagi, badanku lemas, kepalaku pusing aku merasa gak punya semangat lagi dan…

Gubrak!!

“aku dimana?” aku membuka mataku perlahan , cahaya lampu diatas membuat mataku sakit

“sayang, kamu udah bangun?” itu suara mama

“aku kenapa?” tanyaku bingung

“tadi kamu pingsan disekolah,kamu belum makan ya? Untung ada yang bawa kamu kesini, nah itu dia”

Pintu kamarku terbuka, lalu aku melihat cowok itu berdiri di depan pintu kamarku dengan senyumnya yang khas itu. Dion.

“mama keluar dulu ya”

Dion menghampiriku, dia terus tersenyum dan duduk di sampingku.

“kamu udah gak apa-apa kan?” tanyanya dan aku hanya mengangguk tersenyum

“tadi kamu pingsan di parkiran, pak satpam yang bantu aku angkat kamu ke mobil terus aku anter kamu ke rumah. Tadi aku mau langsung pulang tapi ditahan sama mama kamu , terus… “

“dion maaf” aku menyela omongannya

Lagi-lagi dia tersenyum. Senyum itulah yang membuatku senang melihatnya.

“jangan minta maaf, aku yang salah ngebiarin kamu jalan sendiri, harusnya aku anter kamu tadi, aku Cuma kaget ngedenger kamu ngomong yang tadi , dan …” dion kembali diam

“aku juga sayang sama kamu”

Hah? Ini mimpi ? atau apa? Dia juga sayang sama aku. Dan aku?

“kamuu? “ aku terlihat bingung

“udah gak usah dibahas dulu ya, kamu istirahat aja dulu. Okey?”

Aku tersenyum .

Aku gak ngerti kenapa dia juga menyanyangiku. Yang jelas aku sangat menyayanginya sekarang. Gak peduli apa kata rangga, gak peduli apa kata sahabat-sahabatku nanti. Sekarang, aku gak sabar sembuh dari sakitku dan mendengar penjelasan dion :)

You Might Also Like

0 comments ♥