11-09-2018

5:58 PM

Hari itu aku lalui seperti biasa. Seperti tahun tahun sebelumnya, hari itu akhirnya datang. Seperti tahun tahun sebelumnya pula, hari yang ku tunggu-tunggu itu datang juga. Ketika usiaku bertambah, aku semakin yakin bahwa kedewasaan juga harus menjadi salah satu prioritas di hidupku saat ini. 



“ Happy Birthday “ 

Ucapan itu selalu ada di setiap tanggal 11 September. Aku selalu yakin bahwa aku selalu menantikan orang-orang spesial hadir di hadapanku atau sekedar hadir di notifikasi smartphone dengan senyuman manis pertanda bahwa mereka mengingat hari spesial ini. 

25.

Jika kamu bertanya berapa usiaku. Tidak begitu muda kupikir. Namun, belum juga terlalu “tua” hanya saja cukup matang. Nyatanya? Tidak begitu matang, karena aku memiliki terlalu banyak sikap kekanak-kanakan yang rasanya sulit sekali untuk dihilangkan.  Tapi ada yang berbeda dengan angka ini. Aku merasa aku cukup dewasa menghadapi kegagalan, kekecewaan dan cukup dewasa untuk tidak egois. 

Untuk pertama kalinya, selama 25 tahun aku menjalani hidup. Hari ini aku sama sekali tidak berharap. Aku sama sekali tidak meminta banyak permohonan kepada Tuhan. Aku bahkan tidak pernah membayangkan bagaimana hari ini akan aku lewati, bagaimana usia ke 25 ku akan ku habiskan? Entah sudah berapa lama aku menyiapkan diriku yang cukup dewasa hari ini. Tapi entah mengapa, Nia yang begitu antusias, Nia yang begitu banyak mau, Nia yang selalu berkespektasi tinggi hari itu menghilang begitu saja. Aku tidak pernah tau mengapa aku bisa begitu dewasa tanpa memikirkan “ berapa banyak orang yang akan mengingat ulang tahunku? “ atau “ kapan impian serta mimpiku terwujud?” Hari itu aku hanya sangat bersyukur bahwa Tuhan sudah membawaku dengan berjuta kisah bahagia sampai detik ini. 

Hari Bahagia.

Ulang tahun selalu menjadi hari bahagia untuk setiap manusia yang ada. Begitu juga denganku. Aku ingin hari ini menjadi hari yang luar biasa bahagia. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, hari ini aku menjadi lebih bahagia karena bahkan aku tidak berekspektasi apapun. Mengapa? Karena bisa bersama dengan orang yang paling aku sayang rasanya sudah cukup membuat hari ku menjadi sangat bahagia. 

Lilin. 

Hari itu. Seperti biasa. Seperti tahun tahun sebelumnya -apakah ini sudah tahun keempat atau kelima? ah aku lupa hehe- kamu datang. Membawa lilin ulang tahun dengan donat favoritku dibawahnya. Aku bilang aku tidak begitu menyukai tart, dan kamu mengerti. hehehe. hari itu hanya ada kamu , aku dan lilin. Jauh dari orang tua saat hari bahagia tiba memang begitu menyedihkan, tapi terimakasih kamu sudah hadir menggantikan mereka sejenak dan membawa kebahagiaan yang luar biasa hari itu. 

Setelah lilin itu tertiup, rencana dadakan aku dan kamu pun terlaksana. Hari itu hanya di isi dengan makan makan makan dan makan. bahagia? tentu. Makan adalah hal yang paling aku suka, walaupun aku tidak suka jika berat badanku bertambah, tapi tak apa. Hari bahagiaku ini harus ku habiskan dengan melakukan hal hal yang membahagiakan. Dari pagi hingga malam, berdua dengan kamu saja, menghabiskan banyak makanan, aku suka. aku sangat bahagia. Apalagi jika kamu yang membayar hehe. 

Doa.

Apa doa ku saat itu? 
Setiap meniup lilin ulang tahun, aku selalu memanjatkan begitu banyak doa. 

Aku meminta Tuhan membahagiakanku. 
meminta Tuhan membahagiakan orang orang yang ku sayang. 
meminta kesuksesan dalam segala hal. 
meminta kebahagiaan. 
meminta rezeki yang berlimpah. 
meminta ini 
meminta itu. 

rasanya aku sudah seperti Nobita yang begitu banyak mau. Tapi bukankah manusia itu memang begitu banyak mau? terlalu banyak. 

Berharap. 

Hari itu aku berdoa. Entah mengapa, aku tidak punya banyak permintaan. 
Hanya satu. Hanya tertuju pada kamu. Hanya kalimat singkat, tanpa jeda, tanpa ragu. 

Hari itu berjalan seperti biasa. Hanya saja aku menjalaninya seharian bersama kamu. 
Surprise? Ah, kamu bukan orang yang romantis.
Teman? temanku semuanya jauh dariku, mereka tak akan memberikan kejutan. 

Berharap? Tidak. Sama sekali tidak. Untuk pertama kalinya aku tidak berharap. 
Ntah kemana Nia yang penuh harapan, hari itu rasanya dia menghilang. 

Hanya satu harapanku, bahagia. Cukup itu saja. 
Sungguh, aku bener bener tidak berbohong. Untuk apa berbohong? Untuk pertama kalinya aku sangat tulus hari itu. 

Akhirnya bulan hadir bersama bintang. Malam begitu gelap. Hari ini akhirnya akan berakhir. 
Aku sungguh merasa sedih. Ntah mengapa aku merasa tidak ingin mengakhiri hari ini begitu saja. Rasanya tak ingin pulang, karena untuk pertama kalinya aku ingin menikmati kesejukan hatiku yang bahkan bisa sangat bahagia tanpa cela. 

“Aku tidak ingin pulang, sayang” 

Kata-kata ini mengantarkanku kepada ceritamu tentang jatuh cinta, aku dan kamu. 
Kata-kata ini mengantarkanku kepada begitu banyak kenangan tentang kita yang sudah kita lalui selama ini. 
Kata-kata ini mengantarkanku kepada kamu yang sungguh lucu.  
Kata-kata ini kamu iringi dengan lagu favorit kita berdua. 

Tunggu, ini bahkan buat hari anniversary kita berdua, bukan? 

Tulus - Teman Hidup. 

Lagu ini mengantarku hingga beranda rumah. 
mengantarku kepada kata-katamu yang membuatku membisu. 
mengantarku kepada tetesan air mata yang tidak bisa ku hentikan. 
mengantarku kepada sebuah kalimat yang bahkan tak pernah aku pikirkan sebelumnya. 
tak pernah sedikitpun, bahkan satu persenpun hari itu. 

Kamu berhasil. 
Membuat hari ini begitu spesial dengan cara yang begitu indah. 
Sangat sederhana namun mampu menghadirkan senyuman paling lebar selama masa hidupku. 

Kamu berhasil. 
mewujudkan doa ku pagi ini, walau kamu tak mendengarnya. 



“ Tuhan, aku ingin bersama dengannya, selamanya “ 
11-09-2018

You Might Also Like

2 comments ♥

  1. waahh keren banget ini. aku bacanya jadi tersentuh. jadi pingin bikin yang beginian :) salam kenal. aku lya amalia, blogger jabodetabek >,<

    ReplyDelete